Konservasi dan Lingkungan
Tanaman Kaliandra: Invasif atau Sumber Energi Terbarukan?
Tanaman Kaliandra (Calliandra calothyrsus) sering kali menjadi perdebatan. Di satu sisi, tanaman ini dikenal sebagai spesies invasif yang dapat mengganggu ekosistem alami. Namun, di sisi lain, kaliandra ternyata juga memiliki manfaat besar, terutama dalam sektor energi terbarukan sebagai sumber biomassa. Jadi, sebenarnya kaliandra ini lebih banyak merugikan atau justru menguntungkan? Yuk, kita bahas lebih dalam!
Petani yang Beralih ke Tanaman Kaliandra
Di Desa Keleng, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, sebuah inisiatif hijau melibatkan Kelompok Tani Sri Rahayu dalam penanaman 22.000 bibit kaliandra merah di area seluas 8 hektare. Program ini diinisiasi oleh PT PLN (Persero) Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Tengah (UIT JBT) UPT Purwokerto dengan tujuan menyediakan bahan baku biomassa untuk teknologi cofiring di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Langkah ini sejalan dengan upaya transisi energi menuju sumber yang lebih ramah lingkungan dan mendukung pencapaian target net zero emission pada 2060.
Di sisi lain, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga mengembangkan perkebunan kaliandra merah di wilayah Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Tanaman ini diolah menjadi pelet kayu (wood pellet), yang kemudian digunakan sebagai bahan bakar campuran batu bara di PLTU. Dengan luas lahan mencapai 80 hektare, program ini diperkirakan dapat mengurangi emisi karbon hingga 119,18 ton per hektare per tahun, menjadikannya salah satu strategi penting dalam pengurangan jejak karbon sektor energi.
Kaliandra sebagai Tanaman Invasif
Kaliandra berasal dari Amerika Tengah dan Meksiko, tetapi kini telah tersebar luas di berbagai negara tropis, termasuk Indonesia. Tanaman ini memiliki kemampuan tumbuh cepat dan mampu mendominasi lahan dengan agresif. Penyebaran yang tidak terkendali dapat mengganggu vegetasi asli, karena kaliandra bersifat allelopati, yakni melepaskan zat kimia yang menghambat pertumbuhan tanaman lain.
Di beberapa daerah, kaliandra menjadi ancaman bagi ekosistem hutan, menggusur tanaman asli yang lebih bernilai ekologis. Namun, jika dikelola dengan baik, tanaman ini bisa menjadi sumber daya berharga dalam berbagai sektor, terutama energi terbarukan.
Kaliandra Sebagai Sumber Biomassa
Salah satu keunggulan utama kaliandra adalah kemampuannya menghasilkan biomassa berkualitas tinggi. Kayunya dapat diolah menjadi pelet kayu (wood pellet) atau briket arang, yang bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara. Berikut prosesnya:
1. Penanaman dan Panen
- Kaliandra bisa dipanen dalam 2–3 tahun setelah ditanam.
- Pohon ditebang secara tebang pilih, agar tetap bisa tumbuh kembali.
- Batang besar digunakan untuk biomassa, sedangkan daunnya bisa untuk pakan ternak.
Di Indonesia, salah satu daerah yang mulai mengembangkan hutan kaliandra adalah di Jawa Barat, dengan lahan seluas lebih dari 500 hektar yang didedikasikan untuk produksi biomassa.
2. Pengeringan
- Kayu kaliandra yang baru dipanen memiliki kadar air 40-50%, sehingga perlu dikeringkan.
- Proses pengeringan bisa dilakukan dengan penjemuran alami atau menggunakan oven pengering.
- Target kadar air ideal adalah 10-15% agar efisien saat dibakar.
3. Penggilingan dan Penghancuran
- Kayu dihancurkan menjadi serpihan kecil menggunakan mesin penghancur kayu (chipper).
- Hasilnya berupa serbuk kayu yang siap untuk proses lebih lanjut.
Sebuah pabrik di Jawa Tengah melaporkan bahwa dalam satu bulan, mereka bisa memproduksi hingga 200 ton pelet kayu kaliandra untuk diekspor ke Jepang dan Korea Selatan.
4. Pengepresan Menjadi Pelet atau Briket
- Pelet kayu dibuat dengan mesin peletisasi yang menekan serbuk kayu hingga berbentuk silinder kecil.
- Briket arang dibuat dengan metode pirolisis, di mana kayu dibakar dalam kondisi minim oksigen untuk menghasilkan arang yang kemudian dihancurkan dan dicetak.
Dengan nilai kalor mencapai 4.200–4.500 kcal/kg, pelet kaliandra bisa menjadi alternatif energi yang lebih bersih dibandingkan batu bara.
5. Penyimpanan dan Pengemasan
- Pelet dan briket disimpan di tempat kering agar tidak menyerap kelembaban.
- Biasanya dikemas dalam karung atau plastik vakum untuk memudahkan distribusi.
Pelet kayu kaliandra telah digunakan di berbagai pembangkit listrik biomassa di Eropa dan Asia, menunjukkan potensinya sebagai sumber energi global.
6. Penggunaan sebagai Biomassa
- Pelet kayu kaliandra sering digunakan untuk pembangkit listrik biomassa, boiler industri, dan kompor pelet.
- Briket arang digunakan untuk keperluan rumah tangga atau industri kecil.
Di Jepang, pemerintah memberikan insentif bagi industri yang menggunakan biomassa, termasuk pelet kaliandra, sebagai bagian dari program dekarbonisasi mereka.
Keunggulan Kaliandra sebagai Biomassa
Selain proses yang relatif sederhana, kaliandra punya beberapa keunggulan dibandingkan sumber energi lainnya:
- Ramah lingkungan: Emisi karbon lebih rendah dibandingkan batu bara.
- Cepat tumbuh: Bisa dipanen dalam waktu singkat.
- Energi tinggi: Nilai kalorinya mencapai 4.200–4.500 kcal/kg, setara dengan kayu bakar berkualitas tinggi.
- Mendukung ekonomi lokal: Bisa menjadi sumber pendapatan bagi petani dan masyarakat sekitar.
- Menambah tutupan hijau: Kaliandra membantu rehabilitasi lahan yang terdegradasi.
Tantangan dalam Pengembangan Kaliandra
Meskipun memiliki banyak keunggulan, pemanfaatan kaliandra sebagai sumber biomassa juga menghadapi beberapa tantangan:
- Kurangnya regulasi: Belum ada kebijakan yang jelas mengenai pemanfaatan kaliandra sebagai energi terbarukan.
- Permodalan: Petani kecil sering kesulitan mendapatkan dana untuk investasi peralatan produksi pelet.
- Fluktuasi harga ekspor: Harga pelet kayu bergantung pada permintaan pasar global.
Kesimpulan: Tanaman Kaliandra Ancaman atau Peluang?
Jadi, kaliandra ini lebih banyak manfaatnya atau justru merugikan? Jawabannya tergantung dari bagaimana kita mengelolanya. Jika dibiarkan tumbuh liar tanpa kontrol, kaliandra bisa menjadi spesies invasif yang mengganggu ekosistem. Tapi jika dimanfaatkan dengan baik, tanaman ini bisa menjadi solusi energi terbarukan yang berkelanjutan.
Dengan meningkatnya permintaan wood pellet untuk ekspor ke Jepang dan Korea, kaliandra bisa menjadi peluang bisnis yang menarik. Tapi tentu saja, pengelolaan yang bijak tetap diperlukan agar manfaatnya lebih besar daripada dampaknya terhadap lingkungan.
** Berikut ini video dari channel RCCC UI tentang
Pulitzer Center_RCCC UI : Eksplorasi Tanaman Kaliandra dan Kehidupan Warga Desa Gede Pangrango